Toleransi beragama yang
ditunjukkan muslim Indonesia membuat Radoslava Baratova, gadis asal Slovakia,
jatuh cinta pada Islam. Dia pun memutuskan menjadi muallaf; mengikrarkan dua
kalimat syahadat. Berikut ceritanya.
RIZAL
FAHMI SYATORI, Pasuruan
SUASANA berbeda terlihat di Masjid Al-Islah, Dusun Kemranggeng, Desa
Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (16/1) pagi.
Biasanya, ada aktivitas pembangunan di masjid yang sedang dibangun itu. Namun,
kemarin, para pekerja diliburkan.
Sebagai
gantinya, puluhan warga mendatangi masjid. Mulai anak-anak, hingga dewasa. Ya,
hari itu seorang gadis asal Slovakia memutuskan menjadi muallaf.
Dia
adalah Radoslava Baratova (30). Dan Masjid Al-Islah dipilih sebagai tempat
untuk mengikrarkan dua kali syahadat sebagai syarat wajib menjadi muallaf.
Prosesi
pengucapan dua kalimat syahadat itulah yang menjadi magnet bagi warga sekitar.
Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan warga berdatangan. Mereka sabar menunggu
kedatangan Radoslava.
Salah satunya Fatimah, warga
sekitar. Dia mengaku sengaja datang ke Masjid Al-Islah bersama sejumlah warga
lainnya. Fakta bahwa Radoslava seorang bule menjadi daya tarik bagi Fatimah dan
warga lain.
“Kami
ingin melihat ikrar syahadat ini. Apalagi orangnya bule asal Slovakia. Jadi
kami penasaran. Pengin lihat dari dekat,” bebernya.
Sekitar
pukul 10.00 WIB, Radoslava tiba di masjid bersama rombongan dari Surabaya.
Bersama rombongan itu juga ikut Fadholi, tokoh dusun setempat, sekaligus takmir
masjid Al-Islah.
Mengenakan
gamis warna hitam dan jilbab abu-abu, penampilan Radoslava dengan tinggal 170
centimeter langsung menarik perhatian. Warga yang menunggu pun langsung berebut
berjabat tangan dengan perempuaan kelahiran 26 Juni 1985 itu.
Terutama
ibu-ibu dan remaja putri. Mereka bahkan memanfaatkan moment itu dengan foto
bareng menggunakan HP masing-masing.
Fatimah
pun langsung terpesona dengan kecantikan Radoslava. “Tak disangka, ternyata
orangnya cantik, mirip boneka barbie. Saya jadi terharu ada gadis bule menjadi
muallaf. Apalagi pengucapan ikrarnya di tempat kami,” ucapnya.
Ikrar
pengucapan dua kalimat syahadat sendiri diawali dengan pembacaan ayat suci
Alquran dan salawat nabi. Sekitar pukul 10.30, baru pengucapan dua kalimat
syahadat berlangsung. Para tamu yang datang beserta warga sekitar pun langsung
hening. Mereka menyaksikan prosesi penting itu dengan khidmat.
Dr Moch Nasir, tokoh
pendidikan Kabupaten Pasuruan, sekaligus kepala Badan Litbang dan Diklat
Kabupaten Pasuruan bertugas menuntun pengucapan dua kalimat syahadat itu. Tiga
orang menjadi saksi. Yaitu, KH Mansyur Machfudz, Gatot Sudarmanto dan Ust
Achmad Mundzir.
Radoslava
sendiri menirukan dua kalimat syahadat dengan terbata-bata, hingga diulang tiga
kali. Setelah yang ketiga, takbir pun berkumandang. Hingga membuat suasana
begitu mengharukan. Bahkan, tak sedikit warga dan undangan yang meneteskan air
mata.
“Alhamdulillah
prosesi pembacaan ikrar berlangsung lancar. Sebagai seorang muslim, tentunya
kami bangga dan senang punya saudara seiman yang baru. Ia orang luar, masuk
Islam tanpa ada paksaan. Memang permintaan dari yang bersangkutan,” beber
Nasir, panggilan akrabnya.
Selepas
ikrar, ia langsung memberi tiga nasihat atau pesan penting pada Radoslava.
Yaitu, mengimani Islam, mengilmui Islam dan tak lupa mengamalkan nilai-nilai
Islam. Ketiganya harus dilakukan serius dan sungguh-sungguh.
“Islam
bukan teroris, tapi menjunjung tinggi perdamaian. Bahkan antiteroris, ini harus
dimengerti. Khususnya bagi seorang muallaf,” ungkapnya.
Kepada Jawa
Pos Radar Bromo, Radoslava mengaku alasannya menjadi muallaf.
Menurutnya, dirinya menemukan kedamaian dengan belajar Islam.
Islam
di Indonesia juga banyak menginspirasi kehidupannya selama ini. Terutama
toleransi umat Islam yang sangat tinggi pada pemeluk agama lain. Walaupun,
Islam di Indonesia adalah agama mayoritas.
“Ada yang beda tentang
Islam yang saya pelajari selama di Indonesia. Khususnya Bali, tempat yang
selama ini sering saya datangi. Akhirnya saya tertarik dan muncul keinginan
kuat menjadi muslim,” ucap penggiat masyarakat, sekaligus wiraswasta ini.
Keinginan
itu menurutnya muncul sekitar tujuh bulan lalu di tahun 2015. Kala itu, dia
kerap berkunjung ke panti asuhan di Denpasar, Bali. Mayoritas warga panti
asuhan tersebut muslim.
Di
tempat itu juga, dia berjumpa dengan Satrio Yuswantoro (31), warga Surabaya
yang sekaligus pengurus panti asuhan tersebut. Keduanya dekat dan Maret tahun
ini berencana menikah di Indonesia.
“Alasan
lainnya adalah, ingin mengikuti agama calon suami. Sebab suami akan menjadi
imam saya nanti,” terangnya tersenyum didampingi
Satrio.
Satrio.
Satrio
sendiri mengaku terharu dengan keputusan calon istrinya itu memeluk Islam. “Dia
memutuskan sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun, termasuk saya. Doakan rencana
kami berdua menikah akan berjalan lancar dan segera terealisasi,” katanya
diamini Radoslava. (*)
0 Komentar untuk "Kagum Toleransi Muslim Indonesia, Bule Slovakia Mengikrarkan Syahadat"