Lewat warteg kelilingnya, Ricky Irawan berharap
bisa mendorong orang agar tak hanya membaca Alquran di tempat-tempat terbatas.
Kebanyakan yang sudah setor bacaan tetap memilih membayar.
BAYU PUTRA, Bandung
beritaanehbinyata.blogspot.com - KALIMAT shadaqallahul ’azhim terdengar lirih di bawah tenda di
tepi jalan itu. Faisal Tahir Rambe baru saja menuntaskan bacaan Alquran juz 18
dan 19 di ponselnya. Dia lalu mendekati Ricky Irawan yang Sabtu (30/1) sore
lalu itu sedang berbincang dengan Jawa Pos. ”Bacaan saya sudah tuntas, Kang,”
katanya.
Sembari tersenyum, Ricky langsung bangkit dari
tempat duduknya di bawah tenda yang terletak di Lapangan Supratman, Bandung,
tersebut.
Pria bernama lengkap Ricky Ricarvy Irawan itu
mempersilakan Faisal memilih menu di bagian belakang mobil VW Combi merah.
”Bebas mau pilih menu apa saja, tak perlu bayar,” katanya dengan ramah. Konsep
warteg yang baru dijalankan Ricky dua bulan tersebut memang berbeda dibanding
usaha serupa di banyak daerah. Ricky memilih konsep warteg keliling. Bahkan,
dia berani mengklaim usahanya tersebut sebagai warteg keliling pertama di
Indonesia.
Ciri khas lain yang membuat usaha pria 31 tahun
itu menjadi viral di media sosial adalah keputusannya menggratiskan makanan
bagi pembeli dengan sebuah syarat. Yaitu, sang pembeli terlebih dahulu harus
membaca Alquran sebanyak dua juz. Atau apabila dihitung kurang lebih 36–40
halaman.
Rata-rata pembeli perlu waktu 1–1,5 jam untuk
membaca dua juz Alquran. Itulah yang dilakukan Faisal sore itu dan langsung
berhak atas ”reward-nya” begitu menyelesaikan bacaan. Ricky menyediakan
sejumlah kursi plastik sebagai tempat duduk. Juga air putih hangat untuk
menemani sang pembeli menyetor bacaan.
Pada Sabtu sore lalu itu, di tengah lalu-lalang
kendaraan yang bising, sejumlah pembeli tidak terpengaruh dan tetap asyik
dengan bacaannya di tepi jalan. Bila kebetulan tidak membawa Alquran, si
pembeli bisa meminjam Alquran kecil yang selalu dibawa Ricky. Tapi, yang
berniat membeli tanpa menyetor bacaan juga dipersilakan. Pria yang hobi bermain
skateboard itu menceritakan, ide berjualannya muncul tidak lama setelah
bergabung dengan komunitas Pemuda Hijrah.
Komunitas tersebut kerap berkumpul di Masjid Al
Lathif yang berjarak sekitar 300 meter dari tenda tempat Ricky berjualan. Pada
hari-hari tertentu, yakni Senin, Kamis, atau saat ada pengajian di Masjid Al
Lathif, dia akan menggeser mobil itu ke sana menjelang azan Magrib.
Menurut pria yang akrab disapa Odoy tersebut,
selama ini Alquran hanya dibaca di tempat-tempat terbatas. Sangat jarang ada
yang membacanya saat berada di warung atau restoran. Atau ketika berkumpul
dengan kawan di luar masjid. Odoy mengaku pernah beberapa kali membaca Alquran
di pusat-pusat keramaian tempat anak muda nongkrong. Pandangan orang-orang
sekitar pun langsung aneh.
”Dari situ saya berpikir mengapa tidak
difasilitasi saja sekalian,” ucapnya.
Konsep itu langsung disambut baik oleh
kawan-kawan di komunitasnya. Ada yang meminjamkan mobil untuk usaha. ”Saya
memang sebenarnya tidak punya modal,” ungkapnya. Itu terjadi setelah Ricky
mendapat ujian cukup berat hampir setahun lalu. Usaha oleh-oleh khas Bandung
yang digelutinya bangkrut total karena persoalan pinjaman modal dari bank. Cabang-cabang
usahanya pun harus tutup. Padahal, dia harus melunasi utang. Beban tersebut
membuat berat badannya langsung anjlok 13 kilogram.
Di tengah keterpurukan itu, dia akhirnya
memilih melampiaskan emosi dengan bermain skateboard. ”Karena main skateboard
kan tidak perlu keluar uang,” kenang pria kelahiran Bandung tersebut. Ricky
lalu melihat sejumlah kawan mulai aktif mengikuti kegiatan di masjid. Karena
diajak, dia pun akhirnya ikut dan mengikuti pengajian yang kala itu temanya
mengenai akhir zaman.
Pengajian tersebut menyadarkan Ricky untuk
lebih dekat dengan Tuhan. Akhirnya dia memutuskan untuk mengabdi di masjid. Dia
membantu mengurus keperluan di sana. Termasuk konsumsi untuk buka puasa di
bulan Ramadan maupun setiap pengajian. Sampai akhirnya dia mantap bangkit
kembali untuk berdagang. Dukungan dari kawan-kawan pun mengalir. Terlebih
setelah Odoy membuat konsep dagang unik tersebut.
Hampir setiap hari menjelang sore, kecuali
Minggu, Odoy membuka usahanya di Jalan Lapangan Supratman, Bandung. Setiap kali
berjualan, dia tidak membawa makanan dalam jumlah besar.
Rata-rata dalam sehari Odoy menyediakan 50–60
porsi makanan dengan jumlah menu 15 sampai 20.
Harga makanannya berkisar Rp 6–15 ribu. ”Hari ini (Sabtu lalu, Red) saya
bawa 17 menu. Di antaranya tongkol, kacang merah, cumi, terong balado, dan kari
tahu,” katanya.
Ricky selalu mengajak Kian, sang putra yang
masih berusia enam tahun, untuk ikut berjualan. Tentunya setelah dia pulang
dari sekolah di sebuah TK. Kian mendapat tugas menyediakan air putih bagi para
pembeli yang makan di warteg. Pelibatan Kian memiliki alasan khusus. ”Saya
ingin menanamkan mental wirausaha pada dia sejak dini,” ucapnya.
Meski promosinya adalah makan gratis, hampir
semua pelanggannya memilih tetap membayar. Mereka memang setor dua juz, tapi
setelah makan tetap ingin membayar kendati awalnya ditolak Ricky. Itu pula yang
membuat para pembeli biasanya langsung akrab dengan Ricky. ” Apalagi, saya ini
tipikalnya ceplas-ceplos kalau bicara, he he he,” ujar pria yang berulang tahun
setiap 7 September tersebut.
Ricky mengatakan, jiwa bisnisnya tumbuh lewat
seminar. Dia berhenti sekolah saat kelas I SMA. Belakangan, untuk mendapatkan
ijazah, dia mengikuti ujian persamaan. ”Ayah saya cuma berpesan satu ketika
saya cerita mau berhenti sekolah, berusahalah yang tekun,” kenangnya.
Akhirnya Ricky pun rutin mengikuti seminar
wirausaha. Mulai yang gratis hingga yang biayanya jutaan rupiah. Ilmu yang
didapat dari berbagai seminar itulah yang lantas dia serap betul untuk
mengembangkan usaha. Inovasi-inovasi bisnis kuliner pun lahir dari tangannya.
Terutama setelah dia menyadari bahwa passion bisnis dia ada di makanan.
Contohnya adalah sale pisang beraneka rasa.
”Saya berani mengklaim itu saya dan bapak saya
yang pertama membuat, tahun 2001,” tegasnya. Kemudian, Ricky membuat burger
jagung dan sempat menghasilkan 18 gerai. Dia juga menularkan ilmu bisnisnya itu
ke sang istri Astri Sriwijayanti sejak mereka masih berpacaran. ”Kalau pas saya
salah jalan, dia yang mengingatkan karena sudah punya ilmunya,” ucap Odoy
tentang istrinya yang kini berprofesi sebagai desainer motif kain tersebut.
Untuk anak-anak muda yang juga tertarik
berwirausaha, Ricky mengingatkan agar tidak mudah menyerah. Juga selalu
melibatkan Allah. ”Sebagian anak muda sekarang maunya booming, lalu ketika rugi
sedikit menyerah,” katanya.
Ricky mencontohkan usahanya saat ini, yang
tidak selalu berbuah keuntungan. Tapi, dia konsisten dan tetap mempertahankan
usahanya itu karena yakin akan sukses. Dia menggunakan pengalamannya berdagang
mulai 1997 sampai bangkrut di 2015. Karena itu, saat ini Ricky juga sedang
merintis business corner pagi para pemuda di komunitasnya yang ingin
berwirausaha. Mereka yang belum memiliki usaha masuk ke creative corner dulu
untuk dididik dan diinkubasi sampai matang. Setelah itu barulah mereka masuk ke
kelas business corner.
Beberapa kawannya pun mulai tertarik untuk
mengikuti konsepnya dengan berniat membuka Joni Abadi 2, 3, dan seterusnya. Dia
menyambut baik niat tersebut, bahkan siap menjadi pemasok makanan.
”Warteg itu di mana pun laku. Segala kalangan
pasti mau makan di warteg,” tuturnya. (*/c9/ttg)
0 Komentar untuk "Ini Dia Warteg Keliling Pertama di Dunia, Gratis Bagi Pembaca Alquran 2 Juz"